Mata mana yang tidak takjub?
Hari-hari ini …
Mereka yang berkalung kekayaan turun gunung
Merangkak ke pelosok untuk menemui pemulung
Demi mengemis-ngemis suara
Mereka yang cemilannya adalah berlian dan intan
Merayap membesuk perut-perut yang kelaparan
Demi mengais-ngais dukungan
Mereka yang hatinya kekurangan kalimat tuhan
Mengesot sowan para puritan dan para begawan
Demi lancarnya jalan menuju jabatan
Siapa yang miskin? Siapa yang kaya?
Siapa yang berkuasa sebenarnya?
Kepala mana yang tidak heran?
Hari-hari ini …
Manusia-manusia yang kemarin serba apatis
Entah kenapa berubah menjadi sangat filosofis
Murid-murid yang kemarin menimba ilmu
Entah kenapa malah beralih mendikte para guru
Tiba-tiba orang-orang bijak baru bertebaran
Janji-janji wangi semerbak ditebarkan
Mendadak berceloteh tentang keadilan
Mendadak berkhutbah tentang kemajuan
Mendadak mengajar tentang kehidupan
Ke mana saja kebijaksanaan itu kemarin?
Paling besok sudah hilang, bukan?
Dada mana yang tidak mendidih?
Hari-hari ini …
Keteladanan hanya sebatas fantasi belaka
Moral dan etika diludahi oleh singgasana
Pelajaran budi pekerti di sekolah ternyata sia-sia
Sengkuni meringis melihat kelicikan yang nyata
Kaisar Nero bertepuk tangan karena bernostalgia
Kacung-kacung iblis bercuit-cuit membabi buta
Kicauan busuk dengan aroma fitnah dan adu domba
Pilihan pribadi saat ini hampir menjelma keyakinan
Kertas-kertas emosi mudah disulut api permusuhan
Informasi yang disuntikkan dari algoritma
Diterima begitu saja, mirip dengan agama
Tidak boleh diganggu
Tidak boleh digugat
Sudah final!
Hati mana yang rela?
Hari-hari ini …
Jalanan dihiasi kegoblokan yang dibudidaya
Menjual nama-nama, mengultuskan manusia
Nilai kebajikan dibiarkan tetirah dari pikiran
Siaran penuh penyesatan rutin menjadi tontonan
Kantong-kantong beras menyuburkan kemiskinan
Inilah peternakkan kebodohan dan pembodohan
Kebenaran yang mana?
Kebatilan yang mana?
Kekalutan ini, akankah berulang lagi?
Kejanggalan ini, akankah dibiarkan saja?
Tags:
SASTRA