Kapan Lagi?
/1/
Petuah indahmu, izinkan aku mendengarnya lagi
Seringai tegasmu, ingin sekali kutatap lagi
Semerbak tanganmu, bolehkah kucium lagi
Hangatnya pelukmu, masihkah bisa kurasakan lagi
Kapan Lagi? Entah kapan lagi.
/2/
Meski detik-detik telah menyulam hari
Bahkan, meski tahun telah menjelma abad
Sabda nasehatmu tidak pernah berhenti menitik
Setetes demi setetes, menjelma muara jernih
Mengalirkan bengawan perangai diriku
/3/
Kalimatmu tiada sembarang kalimat
Melekat erat pada setiap gerak dan diammu
Terlukis menawan pada tegak dan dudukmu
Sejuknya udara Shubuh menyaksikannya,
Merdunya irama ayam yang berkokok
Suara surau yang saling bersahutan
/4/
Belaian lembut tanganmu masih terasa
Kala ia membuai ragaku dengan kasih
Kala ia mengelus jiwaku dengan sayang
Adakah yang mampu melampaui cintamu?
Takkan ada, darahmu mengalir padaku
/5/
Betapa hati ini ingin bermain bersama
Bersama desau angin yang mengejar kereta
Atau setidaknya mengkhayal tentang cita-cita
Dokter, guru, polisi, tentara, semuanya
Sekarang, kutahan dingin, dekapanmu tiada
/6/
Dulu, nestapa telampau gelap mengungkung hati
Aku tak kuasa, merana akan lara tiada tara
Kini, waktu bergulir menghujani pelajaran
Ayah, aku percaya pertemuan akan ada
Esok, kutemuimu dengan senyum rembulan
/7/
Petuah indahmu, izinkan aku mendengarnya lagi
Seringai tegasmu, ingin sekali kutatap lagi
Semerbak tanganmu, bolehkah kucium lagi
Hangatnya pelukmu, masihkah bisa kurasakan lagi
Kapan Lagi? Kelak di Sana, pasti
- Kita kan bertemu dengan wajah yang berseri
Ihya’