INTRODUKSI

 


Selamat Hari Bahasa Arab Sedunia! Tanggal ini selalu saya ingat, selain karena saya adalah seorang santri yang mencintai bahasa Arab, pada tanggal ini juga salah satu karya yang pernah saya garap bersama teman-teman dirilis dan dipublikasi, Inthiq Rasmiyyatan, 18 Desember 2021. Setiap memperingati hari bahasa Arab, saya pasti teringat Inthiq. Tergambar di benak saya kilasan-kilasan adegan produksi film pendek tersebut; sejak pertama kali menulis naskahnya, revisi naskah berkali-kali, taking video, editing, revisi lagi, sampai akhirnya – alhamdulillah – dipublikasi. Terus terang, produksi film Inthiq memang jadi salah satu peristiwa terpenting yang saya lalui dalam hidup saya, dan film Inthiq itu sendiri bagi saya tentulah jadi salah satu mahakarya yang berkesan dan penuh dengan kenangan.

Saya tidak akan lupa pada tulisan ini untuk ucapkan terima kasih sekali lagi. Rasa terima kasih yang sejatinya tidak cukup untuk saya ungkapkan dengan kata-kata, tapi kali ini saya ingin sekali menyampaikan rasa rindu dan terima kasih saya untuk siapapun yang telah ikut andil dalam produksi karya ini. Terutama kepada segenap kru yang telah membersamai dari awal. Para aktor yang ikut berdedikasi mengorbankan waktu dan tenaganya. Karya ini adalah karya bersama, dan proses pembuatannya mendidik kami arti sesungguhnya dari kebersamaan. Segala puji bagi Allah, yang memberikan saya kesempatan dan kekuatan untuk memprakarsai hal ini. La haula wa la quwwata illa billah.

Mata mana yang tak berbinar-binar kala mendapati jemarinya ternyata mampu menaburkan bulir-bulir kebermanfaatan. Mata-mata bahagia itu adalah mata kami, tim produksi serial Inthiq. Film ini – dengan kebesaran Allah – telah mencapai ratusan ribu tayangan di youtube. Itu baru yang part bahasa Arab, belum lagi jika ditambah dengan part bahasa Inggris yang tayang setelahnya (2023), juga spin off bertajuk Intazhim yang tayang setahun lagi setelah itu (2024). Jumlah itu juga baru yang terhitung. Masih ada banyak penonton yang tidak terhitung di berbagai pondok pesantren Indonesia, puluhan ribu santri juga telah menonton tayangan ini sebagai media pembelajaran untuk mempelajari Bahasa Arab dan Inggris. Tak luput, simpati juga datang dari berbagai pihak non-pesantren. Respon positif datang dari berbagai arah. Berkat karunia Allah, Inthiq juga telah menjadi objek beberapa penelitian seputar pendidikan bahasa, baik untuk makalah, skripsi, bahkan tesis pascasarjana – di antaranya juga menjadi tesis terbaik di Universitas Darussalam Gontor. Inthiq – dengan seizin Allah – juga telah menginspirasi penontonnya untuk membuat film pendek adaptasi, juga menginspirasi judul kamus bahasa Arab karya salah satu alumni Gontor. Lebih penting daripada itu, dengan Inthiq kami bisa menyumbangkan sesuatu untuk pondok kami tercinta. Rasanya tidak ada yang layak untuk kami ekpresikan semua karunia dan nikmat ini selain dengan rasa syukur – Alhamdulillah. Kesyukuran di dalam hati ini mendorong kami untuk terus berusaha berkarya lagi dan lagi demi kembali menaburkan kebaikan dan menyebarkan kebermanfaatan.

Bagi saya selaku penulis, Inthiq adalah ilustrasi dari himpunan pandangan, pengalaman, gagasan, dan harapan yang sudah menumpuk di kepala sejak lama semasa santri. Inthiq adalah ekspresi dari kompilasi pikiran yang saya tangkap dari berjalannya lingkungan bilingual di pondok, yang akhirnya mendapat kesempatan untuk diekspresikan sebagai karya film pendek. Tulisan tidak pernah terlepas dari penulisnya. Inthiq bagi saya pribadi tidak berhenti sebatas media untuk pembelajaran kosakata atau idioms bahasa Arab & Inggris saja, apalagi sebatas hiburan saja. Tidak. Ada sesuatu di belakang adegan-adegannya, ada sesuatu di balik dialog para aktornya. Sesuatu yang barang kali bisa bermanfaat dan penting untuk diketahui banyak orang. Wallahu a’lam.

Sebagai wujud kesyukuran dan tanggung jawab moral, saya berinisiatif untuk berusaha membedah sendiri karya Inthiq ini melalui tulisan. Dengan membedah film Inthiq, saya ingin berbagi pikiran dan pengalaman sederhana saya terhadap pembentukan lingkungan berbahasa di dalam sebuah pesantren dari sudut pandang yang apa adanya sebagai seseorang yang pernah merasakan menjadi santri, pengurus rayon, penggerak bahasa, dan guru pengabdian.

Dari tahun-tahun sebelumnya, saya sudah bercita-cita untuk menulis ‘syarah’ ini. Pada awalnya saya ingin langsung menulisnya menjadi sebuah buku, tapi saya gagal karena belum sanggup. Karena menganggap ini penting, walau setelah tiga tahun tayang, saya merasa catatan-catatan dari Inthiq ini tetap perlu ditulis dan disebarkan. Oleh karena itu, sekarang saya kembali upayakan penulisan bedah film pendek Inthiq secara bertahap di blog pribadi saya. Dengan dimulai pada peringatan tiga tahun tayang Inthiq kali ini, saya insyaallah akan menuliskan segala hal tentang Inthiq dari latar belakang, gagasan, kisah-kisah, sampai mungkin rahasianya. Akan saya upayakan terus sambil mengalir dan belum memastikan kapan akan berakhir. Saya berharap jika diberikan istikamah oleh Allah, semoga tulisan-tulisan ini nantinya bisa disatukan menjadi sebuah buku. Dengan latar belakang yang sudah saya jelaskan di atas, tulisan-tulisan ini akan disajikan dengan tajuk “Di atas Layar Inthiq”. Mohon doanya untuk senantiasa diberikan istiqamah dan bisa bermanfaat. Semoga Allah meridai setiap kata dan huruf yang ditulis untuk kebaikan.

Klik di sini untuk menonton Inthiq

Kairo, 18 Desember 2024
Ilmi Hatta Dhiya’ulhaq

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama